Pertama-tama perlu diketahui, bahwa kunci utama menangkarkan burung adalah bagaimana menyamakan waktu birahi antara jantan dan betina. Banyak sekali calon penangkar yang putus asa karena sudah dua-tiga bahkan mungkin empat tahun burung tangkarannya tidak pernah mau bertelor, atau kalaupun bertelor tidak berisi sperma jantannya (kosong), atau kalaupun telornya isi, tak mau mengeram/sarang dieker-eker lagi (telor jatuh dan pecah berantakan) dan sebagainya. Intinya: burung yang ditangkar tidak pernah berproduksi.
Penyebab utama dari semua itu adalah masa birahi antara jantan dan betina tidak bersamaan waktunya. Perlu diketahui, burung betina mengalami masa birahi secara rutin setiap bulan (selalu datang masa subur setiap bulannya), sementara untuk pejantan belum tentu datang. Suatu ketika, bisa jadi pejantannya birahi, tetapi betinanya pas tidak, dan sebaliknya.
Tanda burung birahi adalah agresif, bunyi terus-menerus, dan selalu bergerak lincah kesana-kemari. Karena agresifnya itu, dia sering mengejar-ngejar burung lain (jantan ngejar-ngejar betina dan sebaliknya).
Jika masa birahi pejantan dan betina tidak bersamaan, maka hal ini menyebabkan berbagai hal.
Pertama, telor kosong. Itu disebabkan pejantan tidak mengawini betinanya, pada saat betina memasuki masa subur. Kalaupun betinanya mengeram, ya percuma, tidak akan menetas.
Kedua, sarang/telor berantakan. Ini dikarenakan masa birahi datang terlalu cepat. Seandainya betina sedang mengeram dan birahinya datang, atau pun sebaliknya, yakni pejantannya birahi pada saat betina mengeram, bisa dipastikan yang sedang birahi itu mengaduk-aduk sarang. Sesungguhnya, dia tidak bermaksud merusak telor atau sarang, namun itulah sifat alamiah burung ketika birahi, dia mencoba menyusun sarang. Nah karena burung punya kebiasaan bersarang pada tempat yang sama, yah bisa dibayangkan akibatnya: dia mengobrak-abrik sarang yang sedang ada telornya tak peduli itu telor mereka sendiri.
Ketiga, pejantan dan betina tidak akur. Bila masa birahi betina datang ketika pejantan “adem ayem” saja, maka dipastikan si betina mengejar-ngejar si jantan. Karena tidak birahi, si jantan terus menghindar dan pada saat yang sama si betina “naik darah” dan terus-menerus mengejar. Jika si pejantan bermental bagus, dia akan menyerang balik si betina bukan dengan maksud melayani haus seks si betina, tetapi benar-benar membalas patukan-patukan si betina, dan keduanya pun duel. Yang kalah bisa dipastikan terkapar megap-megap di pojok sangkar. Begitu juga sebaliknya, jika si jantan birahi pada saat si betina “datang bulan” (alias tidak subur hehehehe) misalnya, bisa dipastikan si betina selalu menghindar dan bisa-bisa membuat si jantan meradang dan benar-benar menyerang si betina dengan maksud menyakiti. Kalau si betinanya membalas, yah akibatnya sama seperti yang saya sebutkan di atas.
Kalau jantan dan betina pernah bertempur habis-habisan dengan tujuan saling menyakiti seperti itu, maka bisa dipastikan untuk masa berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, keduanya tidak akan akan memasuki masa birahi bersamaan. Sebabnya sederhana, salah satunya (yang kalah duel) akan stres berkepanjangan. Stres burung dengan penyebab burung lain yang masih dalam satu kandang, memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya apalagi jika burung itu tetap dicampur dalam satu kandang.
Dalam konteks menyamakan masa birahi ini, penting dibahas masalah perlunya burung mau diberi jangkrik langsung dari tangan (mau nyambar begitu didekatkan jangkrik di depan kandang).
Kunci utama membangkitkan birahi burung adalah dari makanan berprotein tinggi. Namun demikian, Anda tidak bisa memberikan protein sebanyak-banyaknya kepada sepasang burung langsung bruk… begitu saja. Mengapa?
Sebab, dengan porsi dua jangkrik setiap pagi dan sore saja misalnya, betina burung yang baru saja habis mengeram (anak sudah diambil) sudah terbangkitkan birahinya dalam waktu dua-tiga hari. Sedangkan untuk si jantan, agar birahinya bangkit dalam waktu dua-tiga hari, perlu lima jangkrik setiap pagi dan sore hari.
Nah dalam konteks inilah kita harus mengatur pemberian jangkrik langsung dari tangan kita kepada masing-masing burung. Taruhlah pada pagi hari saat kita memberi jangkrik burung kebetulan jangkrik pertama dan kedua disambar si betina, maka untuk lima jangkrik berikut harus untuk si jantan semua. Caranya, begitu si betina akan menyambar jangkrik di tangan kita, kita tarik tangan menjauh kandang, tetapi begitu si jantan yang menyambar, langsung kita berikan…begitu seterusnya sampai lima jangkrik terakhir dimakan semua oleh si jantan. Tak peduli mana yang menyambar jangkrik, yang jelas kita harus mengatur porsi jangkrik pembangkit birahi burung.
Ini sepertinya hal yang sederhana ya, tetapi inilah kunci sukses menyamakan bangkitnya birahi jantan-betina. Nah begitu birahi mereka bangkit bersamaan, mereka akan berkicau bersahut-sahutan, bercumbu (saling mematuk lembut alias bermesraan), membuat sarang bersama, kawin dan si betina bertelor. Langkah selanjutnya adalah MENYETOP SAMA SEKALI pemberian jangkrik (ATAU APAPUN MAKANAN BERPROTEIN TINGGI) kepada keduanya.
Kira-kira dua hari sebelum masa mengeram berakhir (untuk MB 12 hari sejak mengeram hari pertama), barulah kepada pasangan itu diberikan jangkrik lagi, dengan porsi yang berbandingannya seperti saya sebutkan di atas.
Dengan treatment tetap seperti itu, maka dipastikan pasangan burung itu akan harmonis dalam mengarungi bahtera rumah tangga…..
(Catatan: untuk cucakrowo, memacu birahi jantan-betina menggunakan perbandingan 20:5 per hari, yakni 20 ekor jangkrik untuk jantan dan 5 untuk betina).
Nah, kalau MB atau burung tangkaran lainnya tidak mau menyambar jangkrik dari tangan kita, bagaimana kita akan mengatur pemberian makanan kepada mereka dengan perbandingan yang terukur itu?
Ya di sinilah letak mutlak perlunya burung mau menyambar makanan langsung dari tangan kita. Atau barangkali Anda punya pemikiran lain tentang cara mengatur menu seperti itu? Kalau memang ada, coba deh informasikan kepada saya, nanti saya coba. Ya, siapa tahu Anda secara tidak sengaja menemukan ide lain. Oke?
Bagaimana dengan burung bukan pemangsa serangga?
Prinsipnya hampir sama yakni kita harus menyamakan masa birahi. Masalahnya, dalam banyak kasus, kita tidak tahu kapan masa birahi puncak pada burung kita. Misalnya pada kenari. Banyak kenari jantan gacor owor-owor tetapi tidak juga mau ngawin ketika dimasukkan ke sangkar betina.
Kemungkinan besar hal itu terjadi karena si jantan memang “tidak cocok secara psikologis” dengan kenari betinanya, bisa juga karena jantannya belum matang secara seksual meskipun sudah gacor, dan bisa juga karena si betina memang kurang menunjukkan minat seksual atas kedatangan si jantan. Artinya, si betina memang belum birahi.
Banyak kanari jantan atau betina yang hanya mau dijodohkan dengan kenari dengan warna bulu tertentu. Jika hal itu yang terjadi maka Anda harus mengganti pasangan dengan warna bulu yang berbeda (berlaku untuk burung dengan warna bulu variatif seperti kenari misalnya).
Jika burung kenari sudah gacor tetapi belum matang secara seksual, Anda bisa memacunya dengan pemberian TestoBirdBooster ataupun TestoBird yang berguna untuk mempercepat matang kelamin pada kenari jantan. Sedangkan jika betina susah birahi, Anda bisa memberikan asupan BirdMineral (untuk perbaikan alat reproduksi) dan dilanjut dengan BirdMature (untuk mempercepat dan meningkatkan produksi hormon-hormon pendukung reproduksi pada burung).
Yang terpenting dari itu semua adalah Anda juga menerapkan pola perawatan harian secara benar, juga menciptakan kondisi yang kondusif bagi burung untuk beranak-pinak. Silakan cek artikel-artikel tentang hal itu di website ini.
Salam sukses untuk Anda….
Bird-Hormone, Bird-Mature, Estro-Bird, Testo-Bird SIAP MENGANTAR SUKSES PENANGKARAN ANDA
|
Tanya jawab (di forum penangkaran kicaumania.or.id)
Tanya:
Saya mau tanya nich,
mengenai pemberian jangkrik, kalo burung yang dimaksud itu baru pertama
kali dijodohkan, sebaiknya pemberian jangkrik untuk meningkatkan birahi
dilakukan setelah burungnya digabungkan menjadi satu dikandang ternak
atau selagi masing-masing dikandang soliter dan setelah terlihat birahi
baru dimasukan keduanya ke kandang ternak ?
Dari dua metode tersebut diatas mana yang lebih baik ?
Mohon pencerahannya
Dari dua metode tersebut diatas mana yang lebih baik ?
Mohon pencerahannya
Salam
Dedy
Dedy
Jawab:
Sama saja, dalam arti ketika masih di kandang soliter, masing2 digenjot jangkrik dan setelah digabung, juga demikian.
Tapi semua lewat proses penjodohan. Jangan jantan-betina yang semula terpisah, atau baru mendapatkan secara pisah2, kok lantas dimasukkan ke kandang penangkaran dan digenjot jangkrik.
Jejerkan dulu keduanya di kandang penjodohan, yakni kandang dua kamar yang sekat tengahnya bisa diambil. Setelah sekitar 1 atau 2 minggu dijejer dan masing2 kelihatan nggak takut2 atau malah sudah sering berjejer meski terpisah sekat transparan, baru penyekat dibuka dan kita lihat reaksinya.
Kalau tengkar, segera sekat dipasang untuk memisahkan keduanya.
Jangan sampai terlambat Anda dalam memisah burung yang sedang tengkar, karena begitu salah satunya down, maka sulit untuk dicoba-jodohkan.
Baru ketika keduanya nggak tengkar di kandang penjodohan sekamar berdua, masukkan ke kandang penangkaran.
Oh, iya, sangkar penjodohan tidak mutlak. Kita pakai kandang terpisah (seperti biasa) juga nggak apa2 asal selama prose penjodohan keduanya dijejerkan.
Tapi semua lewat proses penjodohan. Jangan jantan-betina yang semula terpisah, atau baru mendapatkan secara pisah2, kok lantas dimasukkan ke kandang penangkaran dan digenjot jangkrik.
Jejerkan dulu keduanya di kandang penjodohan, yakni kandang dua kamar yang sekat tengahnya bisa diambil. Setelah sekitar 1 atau 2 minggu dijejer dan masing2 kelihatan nggak takut2 atau malah sudah sering berjejer meski terpisah sekat transparan, baru penyekat dibuka dan kita lihat reaksinya.
Kalau tengkar, segera sekat dipasang untuk memisahkan keduanya.
Jangan sampai terlambat Anda dalam memisah burung yang sedang tengkar, karena begitu salah satunya down, maka sulit untuk dicoba-jodohkan.
Baru ketika keduanya nggak tengkar di kandang penjodohan sekamar berdua, masukkan ke kandang penangkaran.
Oh, iya, sangkar penjodohan tidak mutlak. Kita pakai kandang terpisah (seperti biasa) juga nggak apa2 asal selama prose penjodohan keduanya dijejerkan.
Salam,
Duto Solo
Duto Solo
Tanya:
Mas Duto,
Thanks banget atas penjelasannya. Jadi jangkrik berfungsi untuk menggenjot birahi burung yang sudah jodoh supaya cepat bertelur ya ? Apakah pemberian jangkrik juga berfungsi untuk membuat burung menjadi cepat jodoh atau tidak ? Kalo tidak, cara apa aja sich yang bisa mempercepat penjodohan ?
Mohon pencerahannya lagi mas
Terima kasih sebelumnya
Salam
Dedy
Thanks banget atas penjelasannya. Jadi jangkrik berfungsi untuk menggenjot birahi burung yang sudah jodoh supaya cepat bertelur ya ? Apakah pemberian jangkrik juga berfungsi untuk membuat burung menjadi cepat jodoh atau tidak ? Kalo tidak, cara apa aja sich yang bisa mempercepat penjodohan ?
Mohon pencerahannya lagi mas
Terima kasih sebelumnya
Salam
Dedy
Jawab:
Jangkrik membuat burung
jodoh? Wah ya mungkin ada hubungannya tetapi kan nggak langsung begitu
Mas. Begini ya, menurut saya, “jodoh” bagi burung itu adalah terminologi
ketika jantan-betina mau disandingkan dalam satu kandang untuk hidup
bareng, kawin dan beranak pinak. Untuk hal itu, dalam penjodohan
diperlukan burung yang sudah sama2 dewasa, sama2 sehat fisik dan mental,
sama2 “nggak ada ikatan dengan pasangan lain”, dan sama2 birahi.
– Sama2 dewasa, ya tentulah itu syarat mutlak karena kalau burung masih kanak2, fungsi alat2 reproduksinya belum berfungsi.
– Sama2 sehat fisik (tidak sedang sakit flu misalnya) dan mental (nggak baru saja dihajar pasangan lain; drop karena diadu di lapangan; stres gara2 baru saja tertangkap tangan setelah lepas dari kandang dsb).
– Sama2 nggak ada ikatan dengan pasangan lain, artinya adalah bahwa kita tidak bakal bisa menjodohkan burung yang baru saja ditinggal pasangannya. Bisa sampai sebulan, malah sering lebih dari itu, burung yang baru dipisah/terpisah dari pasangannya (mati atau lepas misalnya) mau dijodohkan (dipasang-jejerkan) dengan lawan jenis lain.
Juga, kalau Anda menjodohkan seekor pejantan (banyak saya lihat dalam penjodohan jalak suren) di lingkungan tertentu dengan seekor betina baru namun Anda masih mengurung betina pasangan si jantan di dekat tempat itu (masih saling mendengar suara mantan pasangan), dipastikan si jantan nggak mau berjodoh dengan betina lain. Begitu juga sebaliknya betina yang dipisah dari jantannya, nggak akan mau dipasangkan dengan pejantan lain selama mantan suaminya masih sering dia dengar suaranya (duh………duh……. romantisnya ya? hehehehehe).
-Sama2 birahi, biasanya mempercepat penjodohan. Burung2 yang bisa birahi tinggi bersamaan, kadang2 terlihat “tidak jodoh” (nggak mau ngumpul; sering terlihat kejar2an saling matuk dsb) tetapi begitu dicampurkan langsung kawin, bikin sarang, betina nelor, netas………..kawin lagi, nelor, netas dst (rejeki namanya nih).
Nah, karena jangkrik (protein) mempercepat birahi, maka bisa dikatakan bahwa jangkrik itu mempercepat penjodohan (logikanya nggak nyambung kayaknya ya?)
Jadi itulah faktor2 yang mempercepat/memperlambat penjodohan burung.
Semoga bermanfaat.
– Sama2 dewasa, ya tentulah itu syarat mutlak karena kalau burung masih kanak2, fungsi alat2 reproduksinya belum berfungsi.
– Sama2 sehat fisik (tidak sedang sakit flu misalnya) dan mental (nggak baru saja dihajar pasangan lain; drop karena diadu di lapangan; stres gara2 baru saja tertangkap tangan setelah lepas dari kandang dsb).
– Sama2 nggak ada ikatan dengan pasangan lain, artinya adalah bahwa kita tidak bakal bisa menjodohkan burung yang baru saja ditinggal pasangannya. Bisa sampai sebulan, malah sering lebih dari itu, burung yang baru dipisah/terpisah dari pasangannya (mati atau lepas misalnya) mau dijodohkan (dipasang-jejerkan) dengan lawan jenis lain.
Juga, kalau Anda menjodohkan seekor pejantan (banyak saya lihat dalam penjodohan jalak suren) di lingkungan tertentu dengan seekor betina baru namun Anda masih mengurung betina pasangan si jantan di dekat tempat itu (masih saling mendengar suara mantan pasangan), dipastikan si jantan nggak mau berjodoh dengan betina lain. Begitu juga sebaliknya betina yang dipisah dari jantannya, nggak akan mau dipasangkan dengan pejantan lain selama mantan suaminya masih sering dia dengar suaranya (duh………duh……. romantisnya ya? hehehehehe).
-Sama2 birahi, biasanya mempercepat penjodohan. Burung2 yang bisa birahi tinggi bersamaan, kadang2 terlihat “tidak jodoh” (nggak mau ngumpul; sering terlihat kejar2an saling matuk dsb) tetapi begitu dicampurkan langsung kawin, bikin sarang, betina nelor, netas………..kawin lagi, nelor, netas dst (rejeki namanya nih).
Nah, karena jangkrik (protein) mempercepat birahi, maka bisa dikatakan bahwa jangkrik itu mempercepat penjodohan (logikanya nggak nyambung kayaknya ya?)
Jadi itulah faktor2 yang mempercepat/memperlambat penjodohan burung.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Duto Solo
Duto Solo
Tanya:
Mas Duto,
Thanks banget atas pencerahannya. Saya menanyakan hal diatas karena saya mempunyai sepasang burung dimana saya sudah satukan dan tidak berkelahi, tapi masalahnya kalo malem tidurnya masih terpisah, yang cowo ditangkringan atas, sedang yang cewe di tangkringan bawah. Kalo menurut saya pribadi sich kayanya masih belom jodoh ya, soalnya bobonya masih belom barengan ( ha.ha..ha.. ). Apakah benar kalo tidurnya belom berdempetan berarti belom jodoh ya mas ? Ada saran gak mas ?
Thanks banget atas pencerahannya. Saya menanyakan hal diatas karena saya mempunyai sepasang burung dimana saya sudah satukan dan tidak berkelahi, tapi masalahnya kalo malem tidurnya masih terpisah, yang cowo ditangkringan atas, sedang yang cewe di tangkringan bawah. Kalo menurut saya pribadi sich kayanya masih belom jodoh ya, soalnya bobonya masih belom barengan ( ha.ha..ha.. ). Apakah benar kalo tidurnya belom berdempetan berarti belom jodoh ya mas ? Ada saran gak mas ?
Salam
Dedy
Dedy
Jawab:
Nggak bener. Lah kalo boboknya bareng terus, gimana ngeramnya ya, hehehehe……
Bukan gitu maksudnya, burung yang sudah beranak pinakpun belum tentu tidur bareng berdekatan. Nggak-lah. Itu asumsi yang keliru. Paling tidak, kalau kita lihat di penangkaran2 besar, malah bisa dihitung dengan jari tangan prosentase burung yang tidur berdampingan sama yang terpisah (tangkringan atas – bawah, pojoj-pojok, dsb).
Singkat kata, cara pilih tempat tidur tidak ada hubungannya dengan jodoh apa enggak.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Duto
Bukan gitu maksudnya, burung yang sudah beranak pinakpun belum tentu tidur bareng berdekatan. Nggak-lah. Itu asumsi yang keliru. Paling tidak, kalau kita lihat di penangkaran2 besar, malah bisa dihitung dengan jari tangan prosentase burung yang tidur berdampingan sama yang terpisah (tangkringan atas – bawah, pojoj-pojok, dsb).
Singkat kata, cara pilih tempat tidur tidak ada hubungannya dengan jodoh apa enggak.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Duto
Tanya:
Nak tanya kepada para KM semua. Saya ada juga baca dalam artikel yang dibuat di NUSANTARA BURUNG
tuh, tapi saya muskil mengenai kandang burungnya. Disana dituliskan
ukurannya 3′ X 4′ X 7′. Jadi untuk ukuran yang biasa digunakan oleh para
KM berapa sih? Ada contoh lakaran untuk saya cuba disini. Sememangnya
saya mau cuba menangkar sendiri MB ni dan saya perlu contoh yang terbaik
buat sangkar saya. BOLEH?
Terima kasih….
sahabat yang jauh….
sahabat yang jauh….
Mr. Unggun98
Jawab:
Saya belum beternak Murai Batu
(Shama), namun sudah sekian lama sampai saat ini saya mengamati, dan
mempelajari, siapa tahu ini menjadi proyek for the future after retired
from my company.
Kandang ternak MB sebagian peternak di
Indonesia berbeda dan biasanya menyesuaikan lahan dan tmpat. Pak Abun
(West Jakarta) peternak MB (Shama) yang sukses menggunakan areal
minimalis, Satu sangkar berukuran 1.5 m x 0.5 m x 0.5 m. bagian panjang
dibagi 3 ruangan yang dibatasi sekat, masing2 0.5 m. Tujuannya agar
berbagai pekerjaan mudah dilakukan. Misal, memeriksa telur, mengambil
anakan, dan mengambil jantan. Penyekatan tsb memudahkan kita
membersihkan kandang. Kandang penankaran tsb dibuat 4 tingkat agar
efisien memuat 4 pasang murai batu. Ukuran totalnya adalah 2 m x 1.5 m x
0.5 m. Di setiap tingkat dibuat celah utk dasar sangkar yg bisa
dipasang sekaligus diambil. Juga berguna agar kotorannya tidak jatuh ke
sangkar dibawahnya. (Panduan Praktis: Sukses menagkar Murai Batu,
Trubus, Jakarta,2004).
Dari survey ke para peternak, ukuran
kandang ternak murai berbeda, ada yang besar, sedang dan kecil. Untuk
David (A size of 4′ x 3′ with a height of 7′ will be adequate), 4′ =
1.219 m, Panjang x 3′ = 0.9144 m, lebar dan 7′ = 2.134 m tinggi adalah
yang paling cocok. Apalagi yang tinggal di perumahan (Estate) yang yag
terbatas, memakai Abun’s Methode adalah yang paling cocok. Kecuali bila
kita tinggal di kampung yang luas, pemikiran lahan yg terbatas bukan
merupakan suatu hambatan.
Salam,
CJ
Tanya:
Untuk abang2 yang lagi
online,saya mau tanya. kenapa didalam penangkaran burung MB si jantan
selalu menyerang betinanya? apakah itu tanda2 mulainya perkawinan
MB?????????
Padahal di dalam penangkarannya sudah saya jodohkan kurang lebih 3 minggu dan X food sudah saya berikan sesuai dengan masukan dari artikel di web kicau mania.
mohon masukan nya dari abang2 dan mas2 pecinta MB
Padahal di dalam penangkarannya sudah saya jodohkan kurang lebih 3 minggu dan X food sudah saya berikan sesuai dengan masukan dari artikel di web kicau mania.
mohon masukan nya dari abang2 dan mas2 pecinta MB
MB jantan menyerang betina,…. menurut sepengetahuan saya……. sekali lagi menurut sepengetahuan saya disebebkan oleh…
1. MB Jantan sudah siap dan birahi, namun
Mb netina masih belum siap kawin,… bisa disebabkan karena belum cukup
umur, ataupun sudah cukup umur namun belum birahi dengan optimal
2. Mb jantan merasa betina tsb adalah
musuhnya yang telah memasuki wilayahnya, hal ini dikarenakan MB adalah
burung yang sangat teretorial sekali, sehingga jika ada MB lain yg belum
dikenal masuk kewilayahna, maka Mb tsb tidak segan untuk menghajarnya,
tidak terkecuali pula Mb betina.
disini terkadang kita tidak sabar dan dalam masa ini MB jantan belum benar benar mengenal betinanya, namun kita sudah memaksakan unutk menyatukannya, sehingga bisa jadi MB tsb belum jodoh…
disini terkadang kita tidak sabar dan dalam masa ini MB jantan belum benar benar mengenal betinanya, namun kita sudah memaksakan unutk menyatukannya, sehingga bisa jadi MB tsb belum jodoh…
3. masih ada kaitannya dengan No. 2
adalah bahwa MB sudah jodoh, namun adakalanya salah satunya, (biasanya
sang jantan) tidak terlalu cocok dengan betinanya, maka ada kalanya sang
betina akan dikejar kejar, bukan untuk minta kawin atau menganggap
musuh, namun berusaha untuk menjauhkannya, dengan harapan, akan ada lagi
bsetina lain yang akan datang kewilayahnya,…… dikarenakan juga bahwa
betina yg sudah jodoh, akan berlaku sama dengan sang jantan dan bersikap
sangat teretorial sekali, sehingga jika ada betina asing yg masuk,
kemungkinan sang Jantan akan membiarkannya, namun sibetina akan
menghajarnya karena telah memasuki wilayahnya……
sekali lagi itulah sebabnya kadangkala sang jantan akan mengejar betina tsb dengan harapan, betina itu akan pergi dan akan datang betina baru yang cocok,….
MB memang kadangkala pilih pilih dalam mancari pasangan, untuk itulah pentingnya kita memiliki stok indukan, terutama betina…..
sekali lagi itulah sebabnya kadangkala sang jantan akan mengejar betina tsb dengan harapan, betina itu akan pergi dan akan datang betina baru yang cocok,….
MB memang kadangkala pilih pilih dalam mancari pasangan, untuk itulah pentingnya kita memiliki stok indukan, terutama betina…..
mungkin itu yang bisa saya sampaikan kurang lebihnya saya mint maaf dan barangkali ada yang ingin menambahkan……
Amiex
Tips dan info lain:
1. Jika burung jantan untuk penangkaran
tidak juga gacor merayu betina meski secara umum terlihat sehat atau
burung betina tidak juga matang kelamin meski sudah berusia di atas 7
bulan; atau telor-telor burung tidak isi dan karenanya tidak bisa
menetas, kita perlu memastikan bahwa si jantan bisa memproduksi sperma
yang “berisi” dan kesehatan reproduksi betina benar-benar maksimal.
Kalau kita ragu bagaimana caranya, pastikan saja kita menggunakan Bird Mature (klik saja).
Selama kondisi alat-alat reproduksi dalam keadaan normal, Bird Mature sudah
terbukti meningkatkan kesempurnaan proses reproduksi burung-burung
penangkaran. Tidak hanya kenari, tetapi semua jenis burung.
2. Jika burung-burung anakan dari
penangkaran kita gampang mati, atau kakinya sering pengkor, lembek,
karena daya tahan tubuh secara umum lemah, kita perlu memastikan bahwa
indukannya mengonsumsi Bird Mineral (klik saja).
Bird Mineral tidak hanya bagus untuk anakan tetapi juga indukan karena Bird Mineral
menjadikan bulu kuat, mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias
mabung; burung tidak terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok
dan abnormal); bebas paralysa (lumpuh); bebas perosis (tumit bengkak);
menjadikan anak burung menetas sehat; burung tidak mengalami urat keting
(tendo); burung tidak terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio);
paruh tidak meleset, tidak kekurangan darah sehingga pucat dan lemah;
burung di penangkaran bisa segera bertelur, telur berisi, produktivitas
tinggi, daya tetas tinggi; kematian embrio rendah.
3. Jika Anda masih bingung juga bagaimana cara menangkar burung yang baik, bergabung saja dengan Om Kicau Hotline yang memberi layanan premium konsultasi perawatan dan penangkaran burung. Bagaimana?